Anjloknya Kontribusi Pertanian Jadi Alasan F-PKB Jatim Dukung Perubahan RPJMD
matahationline.com – Kontribusi pertanian terhadap Produk Donestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun sejak 2014 lalu. Dari semula kontribusi pertanian sebesar 14,90 persen, kini menjadi 11,90 persen. Anjloknya kontribusi tersebut menjadi alasan Fraksi PKB DPRD Jawa Timur untuk melakukan perubahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Jawa Timur tahun 2019-2024.
Juru bicara Fraksi PKB DPRD Jawa Timur dalam sidang Paripurna, Masduki, Kamis (5/8/2021) mengatakan bahwa perlu adanya penegasan kembali rumusan strategi pembangunan sektor pertanian dalam RPJMD. Sebab, PKB menilai, sektor pertanian dan turunannya adalah sektor yang harus diperhatikan secara serius oleh Pemprov Jatim. Penyebabnya, secara kualitatif pertumbuhan ekonomi Jawa Timur dalam lima tahun terakhir masih belum maksimal tingkat inklusifitasnya.
“Gejala pergeseran struktur perekonomian di Jawa Timur, dari sektor primer menuju sektor tersier. Di Jatim, kontribusi sektor tersier semakin besar menggeser peran kelompok sektor primer,” ungkap Masduki.
Indikasi terjadinya pegeseran tersebut, sektor primer padat karya, yakni pertanian cenderung tumbuh tumbuh tipis 0,94 persen. Terlebih lagi, kata Masduki, kontibusi sektor pertanian terhadap ekonomi terus merosot. Tahun 2014, kontribusi sektor pertanian mencapai 14,90 persen, lantas menurun pada tahun 2015 menjadi 13,75 persen. Kemudian di tahun 2016 turun lagi menjadi 13,31 persen dan tahun 2017 semakin merosot menjadi 12,80 persen. Dan di tahun 2019 turun lagi menjadi 11,43 persen. Kini di tahun 2020 sektor pertanian tumbuh menjadi 11,90.
“Sektor pertanian semestinya tumbuh progresif di tengah pandemi, mengingat pangan adalah kebutuhan primer masyarakat,” ujar politisi asal Mojokerto itu.
Lebih lanjut, anggota Komisi D itu menjelaskan, bahwa secara statistik sektor pertanian masih menjadi sektor penyerap tenaga kerja terbanyak di Jawa Timur. Namun saat ini lapangan usaha pertanian belum tumbuh maksimal. Hal itu menujukkan bahwa produktifitas dan kualitas sektor pertanian belum sepenuhnya kondusif.
Sebab itu, pihaknya memandang perlu juga ditempuh upaya-upaya yang lebih sistematis dan struktural. Misalnya, maksimalisasi refomasi agraria, optimalisasi kebijakan modernisasi pertanian, maupun peningkatan sinergitas lintas sektor dalam menopang eksistensi dunia pertanian di Jawa Timur. Harapannya agar program-program bidang pertanian, baik on farm maupun of farm, serta penciptaan infrastruktur pertanian terhadap sektor pertanian, mulai dari output sampai impact dapat berlangsung dengan lebih efektif.